Perkembangan Teknik Industri di INDONESIA
Istilah industri sering
diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah
atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai
kegiatan manufaktur (manufacturing). Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka
jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada
umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau
daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri
pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku , tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis
teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri
negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus
dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Prospek
perkembangan industri di Indonesia semakin membaik, ini dilihat dari sisi
ketenagakerjaan. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 219 perusahaan
responden dari berbagai bidang industri, mengatakan prospek perkembangan dunia
kerja di Indonesia pada kuartal ini (Q2 2014) akan semakin baik. Survei yang
dilakukan oleh JobStreet.com menerangkan bahwa 45,6% responden
mengatakan prospek perkembangan dunia kerja di Indonesia pada kuartal (Q2 2014)
ini akan semakin baik. Sedangkan 47,7% menjawab perkembangan industri
perusahaan lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di perusahaan
tempat mereka (responden) bekerja saat ini. Ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan kegiatan rekrutmen yang semakin membaik, dan diperkirakan ada
sekitar 1-5 orang mengikuti seleksi calon karyawan dalam tiga bulan ke
depannya.
Ini
mengindikasikan bahwa adanya pergerakkan bisnis yang menjanjikan disusul dengan
perkembangan industri yang menuju ke arah positif dalam menghadapi AFTA 2015.
Dimana industri, terutama industri manufaktur masih banyak membutuhkan
tenaga-tenaga ahli yang berkompeten untuk mengisi posisi yang dibutuhkan di
industrinya. Dari 219 perusahaan responden tersebut yang mengikuti kegiatan
survei ini adalah mereka yang bekerja di perusahaan dengan industri manufaktur
(24,15), trade (16,7%), hotel & restoran (11%), konstruksi (9,2%) dan
bisnis servisis (8,6%). Survei yang dilakukan meliputi kegiatan rekrutmen
karyawan dan perkembangan industri di tempat mereka bekerja. Sebanyak 35,9%
mengatakan kegiatan rekrutmen di perusahaan semakin baik, dan 34,9% mengatakan
jumlah rekrutmen sekitar 1-5 orang dalam tiga bulan mendatang.
Sejarah
Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera Utara
[USU], Medan pada tahun 1965 dan dilanjutkan dengan Teknik Industri ITB
Institut Teknologi Bandung. Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB
tidak terlepas dari kondisi praktek sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada
waktu itu, profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari profesi pada
zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin
atau fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di
Indonesia belum terdapat pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia, keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakulta s Teknik Universitas Indonesia
Di Universitas Indonesia, keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakulta s Teknik Universitas Indonesia
Kalau
pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang mengerjakan
pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain terdapat di kota
Pasuruan dan Klaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan
perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik pengolahan hasil perkebunan
yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan
perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih
sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana
berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana
Teknik Mesin juga terjadi di pabrik semen dan di bengkel-bengkel
perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk
Menjaga
kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai. Pada masa itu, seorang kepala
pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan
disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik
mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini
apakah alat-alat produksi dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu
pekerjaan. Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan
perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak
termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen
untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan
bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik. Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin. Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang. Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB. Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik. Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin. Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang. Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB. Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.
HUBUNGAN DISIPLIN
TEKNIK INDUSTRI DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
Disiplin teknik industri tidak dapat dipisahkan dengan disiplin ilmu lain.
Konsep teknik industri yang bertujuan untuk mendapatkan efisiensi kerja dalam
segala bidang pekerjaan telah nyata-nyata membutuhkan bantuan dari disiplin
ilmu lain. Sebaliknya, aplikasi dari disiplin teknik industri itu sendiri
meluas ke segala bidang kehidupan tidak hanya di aplikasikan khusus pada
industri saja, melainkan semua operasi yang ada pada pemerintahan, perdagangan,
jasa pelayanan, dan kemiliteran.
Tantangan
dimasa depan teknik industri salah satunya adalah bagaimana untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya karena perkembangan teknologi mau tidak mau akan
menghabiskan sumber daya yang terbatas. Sehingga diharapkan profesi teknik
industri kedepannya agar mampu mendesain sistem yang mampu mengoptimalkan
sumber daya untuk mencukupi kebutuhan manusia.
Persepsi saya mengenai perkembangan teknik industri di Indonesia.
Menurut saya pribadi teknik industri di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang pesat. Terlihat jelas jika ditinjau dari beberapa Universitas yang terdapat program studi Teknik Industri. Misalnya di kampus ITB dan beberapa kampus lainnya ilmu teknik industri diklasifikasikan menjadi tiga cabang keahlian yaitu sistem manufaktur, manajemen industri, sistem industri dan Tekno Ekonomi. Namun masih ada beberapa univetsitas yg hanya menjurus satu jurusan saja tanpa ada pembagian nya. Menurut saya alangkah lebih baiknya program studi teknik industri dipecah menjadi beberapa bagian sehingga membuat mahasiswa lebih fokus hanya terhadap satu hal yang menjadi minat mereka.
Akan tetapi dibalik semua bagian yang mencakup teknik industri, seorang insinyur atau lulusan teknik industri menjadikan industri sebagai titik awal dan pengembangan karirnya. Insinyur teknik industri terlibat dalam pengorganisasian , desain tempat kerja dan laju aliran materi pada proses produksi di pabrik.
DAFTAR PUSTAKA :
Persepsi saya mengenai perkembangan teknik industri di Indonesia.
Menurut saya pribadi teknik industri di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang pesat. Terlihat jelas jika ditinjau dari beberapa Universitas yang terdapat program studi Teknik Industri. Misalnya di kampus ITB dan beberapa kampus lainnya ilmu teknik industri diklasifikasikan menjadi tiga cabang keahlian yaitu sistem manufaktur, manajemen industri, sistem industri dan Tekno Ekonomi. Namun masih ada beberapa univetsitas yg hanya menjurus satu jurusan saja tanpa ada pembagian nya. Menurut saya alangkah lebih baiknya program studi teknik industri dipecah menjadi beberapa bagian sehingga membuat mahasiswa lebih fokus hanya terhadap satu hal yang menjadi minat mereka.
Akan tetapi dibalik semua bagian yang mencakup teknik industri, seorang insinyur atau lulusan teknik industri menjadikan industri sebagai titik awal dan pengembangan karirnya. Insinyur teknik industri terlibat dalam pengorganisasian , desain tempat kerja dan laju aliran materi pada proses produksi di pabrik.
DAFTAR PUSTAKA :
http://anik-irawati.blogspot.co.id/2010/03/perkembangan-teknik-industri.html
Komentar
Posting Komentar